Rabu, 17 September 2025

Panen Kopi Gombengsari Naik, Harga Capai Rp100 Ribu

Panen Kopi Gombengsari Naik, Harga Capai Rp100 Ribu
Panen Kopi Gombengsari Naik, Harga Capai Rp100 Ribu

JAKARTA - Desa Gombengsari, Banyuwangi, kembali merayakan panen raya kopi dengan antusias. Tahun ini produksi meningkat signifikan, seiring harga yang meroket hingga menyentuh Rp100 ribu per kilogram untuk kualitas terbaik. Momen ini menjadi angin segar bagi para petani kopi rakyat di kaki Gunung Ijen.

Luas kebun kopi di Gombengsari mencapai sekitar 700 hektare, mayoritas ditanami robusta dan sebagian kecil ekselsa. Tanaman kopi tumbuh subur, bertumpang sari dengan pohon kelapa, sehingga menciptakan pemandangan khas perkebunan yang asri dan menambah nilai estetika desa bagi wisatawan.

Kebun kopi ini tersebar di berbagai lokasi, mudah ditemui di kanan-kiri jalan desa. Aktivitas panen berlangsung selama tiga bulan, mulai Juli hingga September, menjadikan periode ini sebagai waktu yang dinantikan para petani dan pelaku wisata kopi lokal.

Baca Juga

Xpeng Mulai Produksi Mobil Listrik di Pasar Eropa

Sekretaris Kelompok Tani setempat, Abdurahman, menyebut bahwa awal Juli sempat terjadi penurunan harga kopi antara Rp45 ribu hingga Rp48 ribu per kilogram. Namun, harga tidak bertahan lama, kini mencapai Rp65 ribu hingga Rp70 ribu per kilogram untuk kualitas standar.

Kopi yang memiliki grade lebih tinggi, seperti biji merah yang tersortir, mampu menembus harga Rp90 ribu hingga Rp100 ribu per kilogram. Lonjakan harga ini sekaligus meningkatkan semangat petani untuk menjaga kualitas hasil panen mereka.

Abdurahman menambahkan bahwa hasil panen tahun ini lebih melimpah dibandingkan tahun sebelumnya. Produksi per hektare meningkat dari 8 kuintal menjadi lebih dari 1 ton, atau sekitar 20 persen lebih banyak dibandingkan musim lalu.

Peningkatan produksi ini tidak lepas dari kombinasi faktor cuaca yang mendukung serta perbaikan pola budidaya oleh petani. Kesadaran akan pentingnya perawatan kebun semakin meningkat seiring harga kopi yang stabil dan tinggi dalam dua tahun terakhir.

“Dulu perawatan asal-asalan karena harga murah. Sekarang, dengan harga bagus, petani rutin membersihkan lahan, memberi pupuk, memangkas cabang, dan merawat tanaman dengan lebih baik. Jadi wajar hasil panen meningkat,” ujar Abdurahman.

Selain kualitas biji, kesadaran petani untuk mengelola hasil panen juga berperan. Beberapa warga kini mulai mengolah kopi secara mandiri menjadi biji sangrai (bean) atau bubuk, sehingga bisa dijual langsung ke konsumen, termasuk wisatawan mancanegara.

Kehadiran wisata kopi di Gombengsari semakin memperluas pasar. Wisatawan lokal dan internasional tidak hanya menikmati suasana kebun, tetapi juga membeli kopi sebagai oleh-oleh, sehingga nilai ekonomi desa pun meningkat.

Fenomena ini turut mendorong kemunculan produk kopi khas desa. Petani yang sebelumnya hanya menjual biji mentah ke tengkulak kini mampu menawarkan produk olahan, meningkatkan margin keuntungan sekaligus memperkenalkan Gombengsari sebagai desa wisata kopi unggulan.

Wisata kopi menjadi daya tarik tersendiri bagi desa, karena pengunjung bisa melihat proses panen, pemilahan biji, hingga teknik pengolahan tradisional. Aktivitas ini juga memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kualitas kopi dari kebun hingga cangkir.

Abdurahman juga menekankan pentingnya kerjasama antaranggota kelompok tani. Dengan koordinasi yang baik, distribusi hasil panen lebih efisien, harga lebih stabil, dan kualitas kopi tetap terjaga, sehingga manfaat ekonomi dirasakan merata oleh seluruh petani.

Selain itu, keterlibatan kelompok sadar wisata membantu meningkatkan promosi produk kopi lokal. Mereka menyasar wisatawan asing yang tertarik dengan pengalaman agritourism, sehingga kopi Gombengsari mendapatkan nilai tambah melalui branding dan pengalaman langsung di kebun.

Fenomena panen raya ini menegaskan bahwa dengan perawatan yang tepat dan pemahaman pasar, produksi kopi lokal dapat meningkat signifikan. Desa Gombengsari kini tidak hanya menjadi penghasil robusta berkualitas, tetapi juga pusat wisata edukasi kopi yang diminati berbagai kalangan.

Para petani pun optimis menghadapi masa depan. Dengan harga yang stabil dan permintaan meningkat, mereka dapat merencanakan investasi peralatan pengolahan dan memperluas kebun. Hal ini berpotensi meningkatkan pendapatan sekaligus memperkuat posisi Gombengsari di peta kopi nasional.

Secara keseluruhan, panen kopi di Gombengsari tahun ini menjadi contoh sukses kombinasi antara perawatan yang baik, harga pasar yang menguntungkan, serta inovasi dalam pemanfaatan wisata kopi. Hasil panen meningkat 20 persen, dan harga terbaik mencapai Rp100 ribu per kilogram, menjadi kabar gembira bagi semua pihak yang terlibat.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

idxcarbon adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Harga TBS Kelapa Sawit Mitra Plasma Riau Turun Tipis

Harga TBS Kelapa Sawit Mitra Plasma Riau Turun Tipis

Harga Batu Bara Naik Tajam, Dipicu Regulasi China dan India

Harga Batu Bara Naik Tajam, Dipicu Regulasi China dan India

MedcoEnergi Perluas Dominasi Blok Migas di Sumatera Selatan

MedcoEnergi Perluas Dominasi Blok Migas di Sumatera Selatan

Stok BBM Swasta Kosong, Bahlil Dorong Kolaborasi dengan Pertamina

Stok BBM Swasta Kosong, Bahlil Dorong Kolaborasi dengan Pertamina

Update Harga BBM Pertamina 17 September 2025 di Seluruh Indonesia

Update Harga BBM Pertamina 17 September 2025 di Seluruh Indonesia